Minggu, 17 Februari 2013
Seorang Ultras Sejati Tidak Memiliki Nama
Seorang Ultras Sejati Tidak Memiliki Nama
Seorang Ultra sejati tidak memiliki nama -hanya teman dekat yang mengetahuinya-. Seorang Ultra sejati tidak dikenal oleh orang lain, kepalanya selalu tertutup oleh “hood”, hidung dan mulutnya selalu ditutup oleh syal. Seorang Ultra sejati tidak mengikuti mode dan hal teranyar lainnya. Saat seorang Ultra berjalan dikeramaian, kendati tanpa logo supporter, dia akan mudah dikenal orang lain.
Seorang Ultra sejati hanya menyerang jika diserang dan akan menolong jika diperlukan. Seorang Ultra sejati tidak akan berhenti kendati tiba di rumah dan membuka syalnya. Ultra Sejati akan selalu bertarung tujuh hari dalam seminggu.
Ultra tua akan memimpin dan memberikan contoh kepada yang muda. Ultra muda harus memberikan rasa hormat kepada yang tua. Ultra muda akan merasa bangga jika berdiri berdampingan dengan yang tua, mereka akan belajar dari kritikan si tua. Yang muda akan bersemangat jika mendapat jabatan tangan erat dari yang tua.
Saat orang normal melihat tingkah laku Ultra, mereka tidak akan mengerti, tetapi Ultra memang tidak ingin dimengerti atau menjelaskan arti keberadaan mereka. Setiap Ultra berbeda; ada yang mengenakan logo supporter atau tim ada juga yang tidak pernah menggunakan keduanya. Ada yang bepergian dalam sebuah kelompok ada yang pergi secara individu.
Kendati berbeda, satu hal yang membuat mereka bersatu adalah kecintaan terhadap klub, hasrat mereka untuk berdiri selama 90 menit tidak peduli hujan atau dingin. Mereka bersatu dan menghangatkan diri dengan teriakan keras dan serempak, bersatu kendati tertidur setengah mabuk di sebuah kereta atau bis yang membawa mereka pada pertandingan tandang, bersatu karena konvoi di pusat kota tim lawan, bersatu karena berbagi sedikit makanan setelah berjam-jam menahan rasa lapar, bersatu karena berbagi sebatang rokok, bersatu karena berpenampilan sama, bersatu karena idealisme, bersatu karena memiliki MENTALITAS yang sama.
Semua hal diatas menyatukan kami sekaligus menjauhkan kami dari bagian dunia yang lain; dari orang tua yang khawatir, dari sepupu yang bodoh, dari teman sekolah atau rekan kerja, dari guru atau bos yang tidak memiliki rasa toleransi. Ultras tidak pernah melakukan vandalisme atau kekerasan tanpa alasan. Ini hanya cara untuk bertahan dari hidup yang sudah terkena krisis masalah sosial, acara televisi yang bodoh, disko yang terus menerus menarik anak muda dan terpenting tindakan represif yang tidak dapat dibenarkan (polisi dan federasi).
Menjadi Ultra adalah seperti ini dan masih banyak lainnya seperti emosi dan hasrat yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain yang tidak mau mengerti atau kepada orang yang biasa memutar kepala dan melanjutkan hidup di balik kaca, orang yang tidak memilik cukup NYALI untuk menghancurkan kaca dan memasuki DUNIA KITA!
Kamis, 14 Februari 2013
Perbedaan Ideologis
Perbedaan Ideologis
Perbedaan idologis itu banyak
pengertiannya Mulai dari kelas sosial, ideologi politik, agama,
hingga etnis, Contohnya :
Herri Norte (ultras Athletic Bilbao) pro separatis Basque di Spanyol
Legione Granata (ultras Rapid Bucharest) yang berjuang untuk kesetaraan kaum Gypsi di Rumania
Tigris Mystic (ultras Paris Saint Germain) yang berhaluan sosialis dan berjuang untuk hak2 imigran Arab-Negro di Pr...ancis.
Jungle Bhoys (casual Glasgow Celtic) yang pro pemberontak Katolik IRA di Irlandia Utara.
Kelompok ultra kadang-kadang dikaitkan dengan politik, seperti rasisme, anti-rasisme, nasionalisme atau anti-kapitalisme. Selain itu, salah satu gerakan yang tumbuh dalam kelompok-kelompok ultra yang melampaui kiri-kanan tradisional politik adalah perlawanan terhadap komersialisasi sepak bola.
Awal lahirnya klub Lazio dan As Roma ini dalangnya yah si mussolini ini, dia menanamkan Fasisme ke dalam sepakbola.
Derby della Capitale juga dikenal sebagai Derby Capitolino il atau Derby del Cupolone atau Derby del Colosseo atau Derby dellUrbe, adalah pertandingan antar dua tim sepakbola utama yang berdomisili di kota Roma, yakni Associazione Sportiva Roma (AS Roma) dengan Societa Sportiva Lazio (SS Lazio).
1. Penduduk kota Roma meyakini bahwa Derby della Capitale adalah lebih
dari sekadar permainan.
2. AS Roma merupakan merger dari tiga klub lokal di kota Roma, yaitu: Roman, Alba-Audace, dan Fortitudo yang diperintah oleh rezim fasis saat itu (Benito Mussolini) yang berkeinginan membentuk klub sepakbola di kota Roma yang mampu menandingi dominasi klub-klub di utara Italia.
3. Berkat pengaruh seorang jenderal fasis (Giorgio Vaccaro), Lazio menjadi satu-satunya klub di Roma yang menolak adanya merger, hal inilah yang pada awal mulanya memunculkan persaingan antara kedua klub. Derby della Capitale pertama berlangsung pada tanggal 8 Desember 1929, yang dimenangkan oleh Roma dengan skor 1-0 (saat itu masih berlangsung di stadion Campo Rondinella).
4. Fakta bahwa kedua klub membenci klub-klub dari utara Italia, terlebih mereka tidak memenangi banyak piala sebagaimana klub-klub raksasa itu, menjadikan Derby della Capitale sebagai kesempatan untuk membuktikan siapa yang lebih dominan di ibukota (Roma).
Secara historis, pendukung AS Roma merupakan penduduk daerah selatan kota Roma yang berhaluan politik sayap kiri (sosialis/demokrasi sosial). Sementara itu, suporter Lazio cenderung berasal dari daerah utara kota Roma yang lebih makmur dan beraliran politik sayap kanan (liberal). Perbedaan tingkat sosio-ekonomi dan haluan politik ini yang menambah bumbu persaingan diantara kedua belah fans. Hal inilah yang juga menyebabkan ultras masing-masing fans mengambil tempat yang bertolak belakang di stadion, Ultras Lazio di curva nord dan Ultras Roma di curva sud.
Bagi fans Roma, fans Lazio dianggap sebagai outsider/orang luar, karena asal usul mereka dari luar kota Roma. Sementara bagi fans Lazio, merekalah yang membawa sepakbola ke kota Roma (Lazio telah berdiri sejak 1900, sementara Roma baru muncul 27 tahun kemudian).
hingga etnis, Contohnya :
Herri Norte (ultras Athletic Bilbao) pro separatis Basque di Spanyol
Legione Granata (ultras Rapid Bucharest) yang berjuang untuk kesetaraan kaum Gypsi di Rumania
Tigris Mystic (ultras Paris Saint Germain) yang berhaluan sosialis dan berjuang untuk hak2 imigran Arab-Negro di Pr...ancis.
Jungle Bhoys (casual Glasgow Celtic) yang pro pemberontak Katolik IRA di Irlandia Utara.
Kelompok ultra kadang-kadang dikaitkan dengan politik, seperti rasisme, anti-rasisme, nasionalisme atau anti-kapitalisme. Selain itu, salah satu gerakan yang tumbuh dalam kelompok-kelompok ultra yang melampaui kiri-kanan tradisional politik adalah perlawanan terhadap komersialisasi sepak bola.
Awal lahirnya klub Lazio dan As Roma ini dalangnya yah si mussolini ini, dia menanamkan Fasisme ke dalam sepakbola.
Derby della Capitale juga dikenal sebagai Derby Capitolino il atau Derby del Cupolone atau Derby del Colosseo atau Derby dellUrbe, adalah pertandingan antar dua tim sepakbola utama yang berdomisili di kota Roma, yakni Associazione Sportiva Roma (AS Roma) dengan Societa Sportiva Lazio (SS Lazio).
1. Penduduk kota Roma meyakini bahwa Derby della Capitale adalah lebih
dari sekadar permainan.
2. AS Roma merupakan merger dari tiga klub lokal di kota Roma, yaitu: Roman, Alba-Audace, dan Fortitudo yang diperintah oleh rezim fasis saat itu (Benito Mussolini) yang berkeinginan membentuk klub sepakbola di kota Roma yang mampu menandingi dominasi klub-klub di utara Italia.
3. Berkat pengaruh seorang jenderal fasis (Giorgio Vaccaro), Lazio menjadi satu-satunya klub di Roma yang menolak adanya merger, hal inilah yang pada awal mulanya memunculkan persaingan antara kedua klub. Derby della Capitale pertama berlangsung pada tanggal 8 Desember 1929, yang dimenangkan oleh Roma dengan skor 1-0 (saat itu masih berlangsung di stadion Campo Rondinella).
4. Fakta bahwa kedua klub membenci klub-klub dari utara Italia, terlebih mereka tidak memenangi banyak piala sebagaimana klub-klub raksasa itu, menjadikan Derby della Capitale sebagai kesempatan untuk membuktikan siapa yang lebih dominan di ibukota (Roma).
Secara historis, pendukung AS Roma merupakan penduduk daerah selatan kota Roma yang berhaluan politik sayap kiri (sosialis/demokrasi sosial). Sementara itu, suporter Lazio cenderung berasal dari daerah utara kota Roma yang lebih makmur dan beraliran politik sayap kanan (liberal). Perbedaan tingkat sosio-ekonomi dan haluan politik ini yang menambah bumbu persaingan diantara kedua belah fans. Hal inilah yang juga menyebabkan ultras masing-masing fans mengambil tempat yang bertolak belakang di stadion, Ultras Lazio di curva nord dan Ultras Roma di curva sud.
Bagi fans Roma, fans Lazio dianggap sebagai outsider/orang luar, karena asal usul mereka dari luar kota Roma. Sementara bagi fans Lazio, merekalah yang membawa sepakbola ke kota Roma (Lazio telah berdiri sejak 1900, sementara Roma baru muncul 27 tahun kemudian).
Eccezzziunale... Veramente (1982)
Eccezzziunale...
Veramente (1982)
Sebuah Film drama komedi tahun 1982
yg di sutradarai oleh Carlo Vanzina yg menceritakan tentang perjalanan dan
keseharian seorang Ultras AC Milan yg merupakan anggota dari Fossa Dei Leoni
(red FDL) di dalam mendukung klub idolanya. Film yg berdurasi satu setengah jam
ini di bintangi oleh Diego Abatantuono seorang aktor Italia yg memainkan tiga
karakter sekaligus ...diantaranya; Donato Cavallo(karakter utama ) adalah
seorang pemuda yg tinggal di pinggiran kota Milan yg merupakan ketua dari FDL,
kemudian Franco Alfano seorang tifosi Inter Milan yg sangat suka bersenang2 dan
menghabiskan sebahagian besar waktunya di Bar dan karakter ke tiga adalah
Felice detto "Tirzan" seorang supir truk dan tifosi Juventus yg
melakukan perjalanan untuk menyaksikan pertandingan Juventus melawan Milan,
dimana di dalam perjalanan ini Tirzan sempat menemui beberapa masalah bahkan
sampai kehilangan truknya namun hal tersebut tidak menghentikan niatnya untuk
menyaksikan pertandingan tim idolanya.
Film ini sangat berbeda apabila di bandingkan dengan film Hooligan yg pernah ada, meskipun memperlihatkan sisi kekerasan didalam sepak bola namun hal tersebut dikemas dengan kekonyolan dan kejadian2 lucu yg sangat mengelitik. Setelah menyaksikan derby Milan atau yg lebih dikenal dengan sebutan Derby della Madonnina FDL terlibat perkelahian dengan salah satu kelompok ultras Inter Milan di salah satu stasiun kereta api bawah tanah, dimana Donato Cavallo berhadapan langsung dengan Mazzulatore Sandrino yang merupakan ketua dari kelompok ultras Inter Milan yg berakhir dengan di rawatnya Mazzulatore Sandrino di rumah sakit dan sempat koma beberapa hari, setelah kejadian ini Donato Cavallo merasa sangat bersalah dan menyesal, kemudian memutuskan untuk menjenguk Sandrino ke rumah sakit dan disinilah Donato Cavallo bertemu dengan Loredana, kemudian mereka saling jatuh cinta dan berpacaran.
Secara keseluruhan film ini sangat menarik untuk ditonton, tidak hanya menceritakan sisi lain dari kehidupan pendukung fanatik sepak bola dengan bumbu2 komedi, film ini tidak mengkesampingkan nilai2 historik dari klub sepak bola yg di tampilkannya, khusus untuk pendukung AC Milan wajib bgt nonton film yg bergenre komedi ini.
Irriducibili Lazio = Perusuh dan Rasis ?
Irriducibili Lazio = Perusuh dan Rasis ?
Secara umum kata Ultras bermakna
sangat, lebih atau di atas normal. Dalam dunia sepakbola, Ultras merujuk pada
kelompok-kelompok terorganisasi pendukung suatu tim sepakbola yang sangat
menonjol dalam hal loyalitas, fanatisme dan bentuk dukungannya. Ke-ultras-an
suatu kelompok suporter dapat dilihat dari komitmen dan loyalitasnya kepada
kesebelasan klub... yang didukungnya. Wujudnya berupa spanduk, nyanyian, yell,
gerakan tubuh dan peragaan lainnya saat pertandingan, yang bertujuan mengangkat
semangat tim yang didukung dan menjatuhkan mental tim lawan dan pendukungnya.
Sejarah terbentuknya kelompok suporter ultras ini tidak begitu jelas,
masing-masing kelompok selalu menganggap dirinya sebagai yang pertama. Yang
tercatat dalam sejarah, kelompok suporter ultras ini pertama di dunia terbentuk
di Brasil tahun 1939 lewat kelompok Torcida Organizada (torcida = ultras) untuk
mendukung timnas mereka. Tahun 1950, terinspirasi oleh Brasil, terbentuk
kelompok ultras pertama di Eropa, Torcida Split yang mendukung klub Hajduk
Split. Kelompok ultras pertama di Italia adalah Fedelissimi Granata, tahun
1951, pendukung klub Torino. Akhir 1960-an kelompok pendukung ultras mulai
meluas di Italia ditandai dengan terbentuknya Fossa dei Leoni (AC Milan) pada
tahun 1968 dan Boys Le Furie Nerazzurre/Boys LFN (Internazionale) tahun 1969.
Sepuluh tahun kemudian, Boys LFN berganti nama menjadi Boys SAN (Boys Squadra
d'Azione Nerazzurra yang berarti Boys Black & Blue Action Squad).
Di kalangan Laziali, terbentuk kelompok ultras pertama, Commandos Monteverde Lazio (CML) tahun 1971 dan Gruppi Associati Bianco Azzuri (GABA) tahun 1976, yang akhirnya melebur menjadi Eagles Supporters pada tahun 1977 dan menandai Curva Nord Olimpico sebagai tempatnya. Tahun 1987 terbentuklah kelompok ultras paling fenomenal di Italia, Irriducibili Lazio.
rriducibili Lazio yang disebutnya sebagai kelompok ultras, garis keras, rasis dan pembuat keonaran. Menghindari Irriducibili Lazio berarti menghindari Lazio, karena Irriducibili Lazio adalah kelompok ultras terbesar Lazio, yang meliputi hampir keseluruhan Laziali.
Irriducibili dan Politik
Basis pendukung suatu klub erat kaitannya dengan politik, setidaknya pada saat didirikan. Kelompok ultras terbesar pendukung Lazio (Irriducibili Lazio) dan Inter (Boys SAN) misalnya, jelas berhaluan politik kanan (konservatif, kapitalis, religius, pro-demokrasi) karena memang dari awal Lazio dan Inter didirikan dan didukung oleh kelompok kanan. Sebaliknya, Ultras Roma (AS Roma) dan Fossa dei Leoni (AC Milan) jelas berhaluan kiri (bebas nilai, kelas pekerja, non-religius, fasis-sosialis) karena memang AS Roma dan AC Milan saat berdiri didukung kelompok kiri. Era 70 dan 80-an aroma politisasi kelompok-kelompok suporter ultras sangat kental. Mulai tahun 1990-an kelompok-kelompok ini sedikit demi sedikit melepaskan diri dari dunia politik dan lebih memilih sikap independent, baik terhadap politik maupun manajemen klub. Kelompok ultras hanya mendapatkan kemudahan dari manajemen klub berupa kepastian kuota tiket, penyediaan gudang penyimpanan atribut dan kesempatan masuk stadion lebih awal untuk menyiapkan atribut dukungan.
Kelompok Ultras dan Rasisme
Beberapa kelompok ultras memang kerap melakukan aksi rasisme. Kelompok VIKING di Lazio dan Irriducibili Inter tercatat beberapa kali melakukannya. VIKING pernah menggelar spanduk bertuliskan kata-kata anti Yahudi saat Derby della Capitale (AS Roma memang didukung oleh kelompok usahawan dan suporter Yahudi). Irriducibili Inter pun tercatat beberapa kali melakukan pelecehan terhadap pemain berkulit hitam AC Milan saat Derby della Madoninna. Kedua kelompok ultras ini kerap memasang lambang swastika (lambing Hitler) di spanduknya. Tetapi rasisme ini dilakukan oleh kelompok-kelompok ultras kecil dan justru ditentang oleh kelompok ultras yang mendominasi. Irruducibili Lazio? Salah besar jika menuduh mereka rasis. Di Italia terbentuk suatu gerakan Antifa Ultras, suatu konsorsium ultras yang menentang rasisme dan fasisme dalam sepakbola. Konsorsium Antifa Ultras ini didirikan tahun 1999 oleh tiga kelompok ultras: Irriducibili Lazio, Boys SAN Inter dan Boys sez Roma (Boys sez Roma ini adalah ultras Inter, bukan ultras AS Roma. Merupakan kelompok pendukung Inter yang berbasis di kota Roma).
Di kalangan Laziali, terbentuk kelompok ultras pertama, Commandos Monteverde Lazio (CML) tahun 1971 dan Gruppi Associati Bianco Azzuri (GABA) tahun 1976, yang akhirnya melebur menjadi Eagles Supporters pada tahun 1977 dan menandai Curva Nord Olimpico sebagai tempatnya. Tahun 1987 terbentuklah kelompok ultras paling fenomenal di Italia, Irriducibili Lazio.
rriducibili Lazio yang disebutnya sebagai kelompok ultras, garis keras, rasis dan pembuat keonaran. Menghindari Irriducibili Lazio berarti menghindari Lazio, karena Irriducibili Lazio adalah kelompok ultras terbesar Lazio, yang meliputi hampir keseluruhan Laziali.
Irriducibili dan Politik
Basis pendukung suatu klub erat kaitannya dengan politik, setidaknya pada saat didirikan. Kelompok ultras terbesar pendukung Lazio (Irriducibili Lazio) dan Inter (Boys SAN) misalnya, jelas berhaluan politik kanan (konservatif, kapitalis, religius, pro-demokrasi) karena memang dari awal Lazio dan Inter didirikan dan didukung oleh kelompok kanan. Sebaliknya, Ultras Roma (AS Roma) dan Fossa dei Leoni (AC Milan) jelas berhaluan kiri (bebas nilai, kelas pekerja, non-religius, fasis-sosialis) karena memang AS Roma dan AC Milan saat berdiri didukung kelompok kiri. Era 70 dan 80-an aroma politisasi kelompok-kelompok suporter ultras sangat kental. Mulai tahun 1990-an kelompok-kelompok ini sedikit demi sedikit melepaskan diri dari dunia politik dan lebih memilih sikap independent, baik terhadap politik maupun manajemen klub. Kelompok ultras hanya mendapatkan kemudahan dari manajemen klub berupa kepastian kuota tiket, penyediaan gudang penyimpanan atribut dan kesempatan masuk stadion lebih awal untuk menyiapkan atribut dukungan.
Kelompok Ultras dan Rasisme
Beberapa kelompok ultras memang kerap melakukan aksi rasisme. Kelompok VIKING di Lazio dan Irriducibili Inter tercatat beberapa kali melakukannya. VIKING pernah menggelar spanduk bertuliskan kata-kata anti Yahudi saat Derby della Capitale (AS Roma memang didukung oleh kelompok usahawan dan suporter Yahudi). Irriducibili Inter pun tercatat beberapa kali melakukan pelecehan terhadap pemain berkulit hitam AC Milan saat Derby della Madoninna. Kedua kelompok ultras ini kerap memasang lambang swastika (lambing Hitler) di spanduknya. Tetapi rasisme ini dilakukan oleh kelompok-kelompok ultras kecil dan justru ditentang oleh kelompok ultras yang mendominasi. Irruducibili Lazio? Salah besar jika menuduh mereka rasis. Di Italia terbentuk suatu gerakan Antifa Ultras, suatu konsorsium ultras yang menentang rasisme dan fasisme dalam sepakbola. Konsorsium Antifa Ultras ini didirikan tahun 1999 oleh tiga kelompok ultras: Irriducibili Lazio, Boys SAN Inter dan Boys sez Roma (Boys sez Roma ini adalah ultras Inter, bukan ultras AS Roma. Merupakan kelompok pendukung Inter yang berbasis di kota Roma).
Langganan:
Postingan (Atom)